Anemia aplastik adalah kondisi medis langka yang terjadi akibat kelainan pada sumsum tulang, sehingga organ ini tidak mampu memproduksi cukup sel darah, termasuk sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit. Kondisi ini bisa sangat berbahaya jika tidak ditangani, terutama jika jumlah sel darah yang berkurang signifikan.
Anemia aplastik bisa muncul tiba-tiba atau berkembang secara bertahap. Penyakit ini dapat menyerang siapa saja, baik pria maupun wanita, meski lebih sering terjadi pada remaja, dewasa muda, dan lansia.
Penyebab Anemia Aplastik
Ada dua jenis anemia aplastik berdasarkan penyebabnya:
- Anemia Aplastik Didapat (Acquired Aplastic Anemia)
Anemia aplastik jenis ini terjadi setelah seseorang lahir dan tidak diturunkan dari orang tua. Lebih umum pada orang dewasa, sebagian besar kasusnya tidak diketahui penyebab pastinya. Namun, ada teori yang menyebutkan bahwa gangguan autoimun, di mana sistem kekebalan tubuh menyerang sumsum tulang yang sehat, menjadi penyebab utama.
Faktor risiko termasuk:
- Infeksi virus seperti hepatitis B, HIV, cytomegalovirus (CMV), dan virus Epstein-Barr.
- Efek samping obat-obatan tertentu seperti kemoterapi, antibiotik, antikejang, OAINS, dan acetazolamide.
- Paparan bahan kimia atau racun, seperti logam berat, benzena, pestisida, dan insektisida.
- Paparan radiasi berkekuatan tinggi atau terapi radiasi.
- Kehamilan.
- Anemia Aplastik Bawaan (Inherited Aplastic Anemia)
Anemia aplastik jenis ini disebabkan oleh kelainan genetik yang diwariskan dari orang tua. Lebih sering terjadi pada anak-anak dan remaja, penderita anemia aplastik bawaan berisiko mengalami kanker tertentu seperti leukemia.
Gejala Anemia Aplastik
Gejala anemia aplastik bervariasi tergantung pada jenis sel darah yang jumlahnya berkurang, tetapi umumnya meliputi:
- Luka yang sulit sembuh
- Kelelahan
- Sesak napas
- Pusing
- Kulit pucat
- Sakit kepala
- Nyeri dada
- Detak jantung tidak teratur
- Mudah terinfeksi dan demam
- Sering mengalami perdarahan seperti mimisan, perdarahan gusi, mudah memar, dan BAB berdarah.
Diagnosis Anemia Aplastik
Jika Anda mengalami gejala-gejala tersebut, segera konsultasikan ke dokter. Dokter mungkin akan merujuk Anda ke spesialis hematologi. Pemeriksaan meliputi:
- Tes darah lengkap
- Biopsi sumsum tulang
- Tes fungsi hati dan ginjal
- Tes genetik
Pengobatan Anemia Aplastik
Pengobatan anemia aplastik bervariasi tergantung pada keparahan kondisi dan kesehatan umum pasien:
- Transfusi Darah
Transfusi darah membantu meringankan gejala dan menyediakan sel-sel darah yang tidak bisa diproduksi oleh sumsum tulang. Penderita mungkin memerlukan transfusi berulang kali, yang dapat meningkatkan risiko komplikasi seperti infeksi dan hemokromatosis.
- Transplantasi Sel Induk
Transplantasi sel induk bertujuan untuk mengganti sumsum tulang dengan sel induk dari donor. Metode ini biasanya digunakan pada pasien muda dengan donor yang cocok, biasanya saudara kandung.
- Obat Penekan Sistem Kekebalan Tubuh (Imunosupresan)
Imunosupresan membantu mengurangi aktivitas sistem kekebalan tubuh yang menyerang sumsum tulang, sehingga sumsum tulang bisa pulih dan menghasilkan sel-sel darah baru.
- Stimulan Sumsum Tulang
Obat-obatan seperti sargramostim, filgrastim, pegfilgrastim, dan epoetin alfa dapat merangsang produksi sel darah baru di sumsum tulang.
- Antibiotik dan Antivirus
Karena jumlah sel darah putih yang berkurang dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh, dokter mungkin akan memberikan antibiotik atau antivirus untuk mencegah infeksi.
Pencegahan dan Perawatan
Untuk menghindari komplikasi, penderita anemia aplastik sebaiknya menghindari aktivitas fisik berat, cuci tangan secara rutin, lakukan vaksinasi tahunan, dan hindari keramaian. Konsultasikan ke dokter secara rutin untuk penanganan yang tepat.
Jika mengalami gejala anemia aplastik atau sedang menjalani pengobatannya, pastikan untuk selalu berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan perawatan yang sesuai.